Oleh: Abdul Majid
Anggota DPRD Kabupaten Lombok Barat
Ahad, 25 Mei 2025 menjadi hari yang bermakna di Kota Mataram, khususnya di Ballroom Hotel Lombok Raya. Ustadz Abdul Somad (UAS), salah satu dai kondang tanah air, hadir memberikan tausiyah dalam sebuah acara bertema “Kaya Berkuasa atau Hamba Biasa”, yang diselenggarakan oleh Masjid Jalan Cahaya.
Dalam ceramahnya, UAS mengupas secara dalam makna kepemilikan, kekuasaan, dan posisi manusia di hadapan Allah SWT. Dengan gaya khasnya yang lugas, bernas, dan diselingi humor cerdas, UAS mengajak para jamaah untuk merenungkan posisi hidup: apakah kita sedang mengejar kekayaan dan kekuasaan hanya sebagai simbol status, atau justru sedang membangun diri menjadi hamba yang rendah hati di mata Tuhan.
Beliau mengingatkan bahwa kekuasaan dan kekayaan hanyalah titipan, bukan tujuan. “Jangan sampai karena jabatan, kita lupa bahwa semua itu bisa dicabut seketika oleh Allah. Yang abadi hanya amal,” tutur UAS. Ia juga menyinggung pentingnya keikhlasan dalam berbuat, serta menjaga lisan dan hati agar tidak terjerumus dalam kesombongan.
Tausiyah ini menjadi semacam oase spiritual di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern yang penuh ambisi. Para hadirin tampak khidmat, menyimak dan mencatat pelajaran yang menggetarkan nurani.
Silaturahmi dan Dialog Ide di Arimbi Coffee
Usai mengikuti acara, saya memanfaatkan waktu untuk bersilaturahmi dengan sahabat-sahabat dari GENPI (Generasi Pesona Indonesia) di Arimbi Coffee, yang masih berada dalam area Hotel Lombok Raya. Suasana santai namun penuh semangat mewarnai pertemuan tersebut.
Silaturahmi ini dihadiri oleh berbagai elemen: para akademisi, pelaku usaha, pengelola pondok pesantren, dan tokoh-tokoh muda NTB yang inspiratif. Kami berbincang panjang, mulai dari isu pariwisata, pendidikan, pemberdayaan ekonomi, hingga pembangunan karakter generasi muda.
Diskusi ini menjadi ruang berbagi ilmu dan pengalaman. Banyak gagasan segar yang muncul, di antaranya tentang bagaimana membangun sinergi antara pemerintah, komunitas kreatif, dan sektor swasta dalam mendorong potensi lokal NTB agar semakin dikenal luas. GENPI sebagai bagian dari promotor wisata berbasis digital juga menyampaikan ide-ide penguatan branding daerah.
Silaturahmi ini tidak sekadar temu kangen, tapi menjadi forum mini yang sarat dengan makna. Kami sepakat, bahwa perubahan besar sering kali lahir dari ruang-ruang pertemuan kecil yang jujur dan terbuka.
Penutup: Spirit Hamba dalam Setiap Peran
Tausiyah UAS dan pertemuan saya hari itu menjadi pengingat penting: bahwa apa pun posisi kita—pengusaha, pejabat, guru, dai, atau relawan komunitas—kita semua tetaplah hamba. Yang membedakan adalah sejauh mana kita memaknai peran itu dengan rasa syukur, tanggung jawab, dan kontribusi nyata.
Semoga momentum ini menjadi bahan bakar semangat untuk terus bergerak, menebar manfaat, dan menjadikan Lombok serta NTB sebagai tanah yang diberkahi dengan semangat kolaborasi dan nilai-nilai luhur.