Oleh: Abdul Majid
Anggota DPRD Kabupaten Lombok Barat
Setiap tanggal 20 Mei, dunia memperingati World Bee Day atau Hari Lebah Sedunia sebagai bentuk penghargaan terhadap peran penting lebah dan serangga penyerbuk lainnya dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan mendukung ketahanan pangan dunia.
Tanggal ini dipilih untuk menghormati Anton Janša, pelopor perlebahan modern asal Slovenia, yang mengajarkan pentingnya memahami kehidupan lebah dalam tatanan pertanian yang berkelanjutan.
Peringatan Hari Lebah Sedunia 2025 mengusung tema: “Bee inspired by nature to nourish us all” — Sebuah ajakan global untuk belajar dari alam dalam mewujudkan sistem pangan yang ramah lingkungan. Tema ini menjadi sangat relevan di tengah ancaman nyata terhadap populasi lebah akibat perubahan iklim, pestisida, urbanisasi, serta degradasi habitat.
Lombok Barat: Potensi dan Tanggung Jawab
Kabupaten Lombok Barat sebagai salah satu daerah agraris dan pariwisata di NTB memiliki ekosistem yang sangat mendukung berkembangnya populasi lebah, baik lebah madu ternak maupun lebah lokal seperti Trigona. Banyak wilayah di Sekotong, Lingsar, dan Narmada yang memiliki kawasan hutan, kebun, dan vegetasi tropis yang bisa menjadi habitat ideal lebah sekaligus pusat edukasi perlebahan.
Pemerintah Kabupaten Lombok Barat, melalui Dinas Pertanian dan instansi terkait, perlu menjadikan Hari Lebah Sedunia sebagai pemantik gerakan nyata—bukan sekadar seremoni. Penguatan program budidaya lebah madu lokal, pelatihan petani-peternak lebah milenial, serta mendorong kolaborasi dengan pelaku wisata dan UMKM bisa menjadi langkah awal yang berdampak luas.
Lebah dan Ketahanan Pangan
Lebah bukan sekadar penghasil madu. Ia adalah makhluk vital dalam rantai pertanian—bertanggung jawab atas lebih dari 75% penyerbukan tanaman pangan dunia. Sayuran, buah-buahan, bahkan kopi, sangat bergantung pada peran lebah. Di saat dunia menghadapi ancaman krisis pangan, keberadaan lebah harus dilindungi dan diperkuat.
Lombok Barat perlu mengadopsi pendekatan ekologis dalam perencanaan pembangunan. Termasuk menjaga zona hijau, mengurangi penggunaan pestisida berbahaya, serta membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya penyerbuk alami. Sekolah, pesantren, hingga desa wisata dapat dijadikan pusat kampanye pelestarian lebah dengan metode yang menarik dan edukatif.
Ajakan dan Komitmen
Peringatan Hari Lebah Sedunia bukan semata seremoni internasional, tapi panggilan untuk semua pemangku kepentingan, untuk merumuskan kebijakan yang melindungi biodiversitas dan mendukung pertanian berkelanjutan.
Mari kita jaga alam, mulai dari yang terkecil: lebah. Karena ketika lebah menghilang, banyak rantai kehidupan ikut terancam.
Selamat Hari Lebah Sedunia.
Dari Lombok Barat, kita jaga alam—kita jaga masa depan.