Jangan Biarkan Sapi dan Peternak Terlantar Lagi: Alarm Bagi Sistem Distribusi Ternak Kita

Oleh: Abdul Majid Anggota DPRD Lombok Barat

SEBAR.CO.ID – Peristiwa terlantarnya ratusan ekor sapi dan puluhan peternak di Pelabuhan Gili Mas, Lombok Barat, bukan hanya sekadar kejadian biasa yang berlalu begitu saja. Ini adalah cermin dari lemahnya tata kelola distribusi ternak di Nusa Tenggara Barat (NTB). Meskipun kejadian tersebut melibatkan peternak dari Bima, Dompu, dan Kota Bima, kita di Lombok Barat tidak boleh lengah. Masalah yang sama bisa saja menimpa peternak kita—bahkan hari ini, esok, atau saat mendekati Idul Adha nanti.

Kondisi yang dilaporkan sangat memprihatinkan. Empat hari tanpa kepastian jadwal kapal, minim fasilitas untuk hewan, air bersih terbatas, bahkan menyebabkan empat ekor sapi drop dan harus dijual rugi. Tidak hanya kerugian ekonomi, tapi juga beban psikologis bagi peternak yang mengandalkan usaha ternak sebagai penopang kehidupan keluarga mereka.

Saya mengapresiasi langkah cepat Gubernur NTB yang telah memerintahkan Dinas Peternakan, menambah armada kapal, menunjuk Plt baru untuk percepatan perizinan, hingga penyediaan dokter hewan di pelabuhan. Namun kejadian ini menyadarkan kita: sistem distribusi ternak kita masih darurat. Jika tidak ada pembenahan struktural, bukan tidak mungkin kejadian serupa terus berulang.

Sebagai Anggota DPRD Lombok Barat, saya terpanggil untuk ikut bersuara. Lokasi kejadian ada di wilayah kami. Infrastruktur pelabuhan di Lembar dan Gili Mas adalah bagian dari tanggung jawab kita bersama. Apa yang dialami saudara-saudara kita dari Bima dan Dompu adalah sinyal keras bahwa koordinasi lintas daerah belum optimal, bahwa distribusi ternak bukan sekadar urusan teknis pelayaran, tapi menyangkut nasib manusia dan makhluk hidup yang mereka pelihara.

Sudah saatnya kita dorong pemerintah provinsi dan seluruh stakeholder, termasuk operator pelabuhan, BPBD, dan Dinas Peternakan, untuk membentuk satu sistem terpadu pengelolaan lalu lintas ternak. Penjadwalan pengiriman harus jelas, fasilitas pelabuhan perlu dilengkapi, dan komunikasi antar daerah harus diperkuat. Selain itu, perlu ada perlindungan hukum dan ekonomi terhadap peternak bila terjadi keterlambatan atau insiden yang merugikan.

NTB dikenal sebagai lumbung ternak nasional. Tapi gelar itu akan kosong makna jika kita membiarkan peternak berjalan sendiri, menanggung resiko tanpa perlindungan. Mari jadikan kejadian di Gili Mas sebagai momentum evaluasi dan titik balik. Kita tidak boleh lagi membiarkan sapi—dan harapan peternak—terlantar di pelabuhan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *