Kampung Sehat Untuk Memanusiakan Manusia

Dear Desa yang ikut Lomba Kampung Sehat.
Mulai dari pertanyaan sederhana, apakah status juara kampung sehat merupakan tujuan atau sebuah manifestasi.?
Lomba Kampung Sehat yang diinisiasi Polda NTB melibatkan 1.136 desa dan kelurahan di seluruh NTB itu tampak dari luar sangat meriah. Kampung Sehat dihajatkan untuk menggerakkan partisipasi masyarakat Bumi Gora, terutama dalam hal mencegah dan memutus mata rantai penularan Covid-19 di tengah masyarakat
Apabila Kades dan masyarakat beranggapan bahwa kampung sehat adalah “tujuan” maka dalam tulisan ini akan kita koreksi bersama-bersama. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa pemerintah kita yang ada di level desa sulit sekali membuat program yang sustainable. Hampir selalu mengandalkan program fisik karena memang selain aspek keuntungan secara politis serta minim permberdayaan jangka panjang.
Faktornya bermacam-macam ada yang beranggapan program fisik dapat langsung terlihat meski belum tentu dirasakan masyarakat (sebab tidak bertahan lama) dan sistem tambal sulam, faktor lainnya adalah program fisik jelas anggarannya (semen, pasir, besi terkadang bersisa menjadi gonimah untuk dibagi-bagi).
Sedangkan program pemberdayaan guna membangun partisipasi masyarakat hampir semua kades blank tidak tahu bagaimana caranya. Karena kacamata yang dipakai adalah kacamata proyek fisik maka program yang partisipasi selalu tidak bertahan lama. Lalu tiba-tiba datanglah Lomba Kampung Sehat dalam konteks memutus penyebaran Covid-19.
Lomba Kampung Sehat menantang kades dengan beragam penilaiannya. Kampung sehat adalah kampung yang merepresentasikan partisipasi masyarakat yang tinggi, geliat ekonomi terus bertumbuh, protokol kesehatan kolektif maupun personal terjaga dan kebersihan setiap dusun terpelihara.
Juara kampung sehat bukan tipu-tipu, temporer dan formalitas belaka. Ia merupakan gambaran ril masyarakatnya. Kampung Sehat merupakan penamaan atas aktivitas dan kebiasaan yang telah terbina sejak lama. Kampung sehat bukan diadakan waktu lomba itu saja, mengadakan dan pengupayaan barang dan jasa, mengerahkan sumberdaya yang ada guna mendapatkan juara. Sejatinya Menjadi juara padahal menciptakan jebakan satu ke jebakan selanjutnya.
Jika suatu desa mendapatkan juara kampung sehat maka desa-desa tetangga akan mengkonfirmasi kebenaran terus menerus karena merupakan desa percontohan. Jika Desa yang mendapatkan juara kampung sehat tidak sesuai dengan gelar juaranya seperti di dusun-dusun masih kumuh, ekonomi masih lemah, sampah di mana-mana, partisipasi masyarakat rendah dan sistem keamanan serta perekat sosial tidak ada maka gelar tersebut menjadi alat merubuhkan Marwah desa itu sendiri.
Jika ia mendapat juara karena Mainset tujuan atau proyek semata dengan biaya anggaran yang banyak maka ia terpaksa akan mengeluarkan biaya yang lebih banyak lagi hanya sekedar untuk mempertahankan.
Berbeda dengan desa yang memang sudah inheren (aktivitas partisipasi) dan mentradisi pola hidup sehat dalam keseharian mereka, maka sungguh minim anggaran yang akan dikeluarkan karena juara bagi mereka merupakan konsekuensi logis dari tindakan kolektif masyarakat yang tanpa Kepura-puraan.
Sebelum terpilihnya juara maka penulis menyarankan, marilah merubah Mainset bahwa yang awalnya kampung sehat merupakan proyek penyerapan anggaran atau bahkan sekedar ajang pamer-pameran menjadi Mainset memanusiakan manusia. Caranya adalah menganggap dan menyadari bahwa lomba Kampung Sehat adalah sarana atau alat guna merekatkan hubungan sosial antar masyarakat. Karena apapun programnya, apapun kebijakannya harus disadari bahwa itu untuk manusia-manusia di desa.
Meningkatkan partisipasi tidak hanya dengan memperbanyak spanduk, baliho, poster atau bahkan update status baik berupa gambar atau video di media sosial. Meningkatkan partisipasi bukan hanya sekedar sosialisasi dengan pola komunikasi satu arah dalam waktu terbatas.
Maka mulailah dengan melibatkan mereka dalam proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi bahkan bila perlu penganggaran dan transparansi guna menumbuhkan rasa memiliki atau nasionalisme tingkat desa.
Jika desa selalu one man show dan menutup akses-akses bagi masyarakat namun mengeluhkan problem partisipasi maka pemerintah desa harus segera introspeksi diri apalagi kadesnya ada niatan untuk maju Pilkades lagi atau pada Pileg sebagi konsekuensi jenjang karir politiknya.Menutup akses baik pengetahuan maupun merangkul maka partisipasi adalah mimpi.
Menumbuhkan partisipasi masyarakat tidak semudah membalikkan telapak tangan, butuh kemauan dan tekat yang kuat untuk siap dikritik. Sebab dengan membuka akses maka pelan-pelan kosakata tentang desa akan terinternalisasi dalam benak dan fikiran masyarakat. Pengetahuan tentang desa, tugas dan fungsi kepala desa, BPD, dan perangkat desa menjadi pengetahuan bersama.
Jika demikian maka desa lebih mudah memulai kegiatannya. Dengan membuka akses seolah-olah desa membagi beban kepada masyarakat untuk ikut berfikir dan bertindak tentang desa.
Namun dalam realitasnya desa sangat anti kritik sehingga untuk menghindari itu mereka menutup segala aspek, dan mengembangbiakan kebodohan masyarakat. Akibatnya masyarakat menjadi tidak kenal desa, perangkat dan bahkan lembaga yang berwenang untuk mengawasi, melegislasi dan budgeting yakni BPD tidak faham tugas dan fungsinya.
Separah itukah kondisi desa kita?. Jawabannya bisa iya, bisa tidak.
Semua kebijakan yang dilakukan pemerintah desa tidak boleh hanya menjual-jual simbol di media sosial apalagi ketika masyarakatnya tidak tahu dan faham teknologi. Hentikan mencari simpati di media sosial karena empati tertinggi ada di rumah sendiri yaitu masyarakat setempat.
Lomba Kampung Sehat dapat menjadi trigger untuk mengoptimalkan potensi yang ada, dapat pula menjadi ajang deklarasi komitmen pemdes untuk mewujudkan dan mempertahankan kekompakan.
Adapun juara kampung sehat adalah bonus semata atas apresiasi kepada masyarakat setempat. Karena Lomba Kampung Sehat ini merupakan event yang belum tentu diadakan setiap tahun, maka atas kesadaran itulah pemdes akan terus merasa diuji sampai periode kepemimpinannya.
Terakhir, mari kita dukung penyelenggaraan Lomba Kampung Sehat untuk memanusiakan manusia desa.