
Lombok Barat – Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (LAKPESDAM) PCNU Lombok Barat menggelar focus group discussion (FGD) dengan LAKPESDAM PWNU, majelis ulama Indonesia (MUI) dan forum kerukunan umat beragama (FKUB). FGD tersebut membahas moderasi beragama yang terjadi di Lombok Barat.
“Hari ini kami melakukan FGD tentang moderasi beragama di Kabupaten Lombok Barat. Kenapa FGD ini dilakukan? Ini untuk menjawab permasalahan isu-isu yang berkembang di masyarakat khususnya terhadap banyaknya konflik beragama yang terjadi di lombok barat dalam dua dekade terakhir,” kata Dr. Abdurahman M.Pd selaku ketua penyelenggara FGD, di Mataram, Minggu (14/11/2021).
Forum membahas tentang bagaimana supaya perbedaan cara memahami nash alquran tidak menjadi konflik ditengah masyarakat.
“Perbedaan cara memahami nash al quran tentu menyebabkan terjadinya perbedaan tata cara melaksanakan ritual ibadah akan tetapi yang terpenting adalah bagaimana perbedaan itu bisa menjadi rahmat, bukan menjadi sumber terjadinya konflik ,” kata ketua MUI Lombok Barat dalam forum diskusi.
Dalam FGD tersebut, TGH Subki Sasaki selaku ketua forum kerukunan umat beragama (FKUB) Kabupaten Lombok Barat mengatakan bahwa untuk menciptakan kerukunan diperlukan moderasi atau berpikir moderat bagi semua umat beragama, tidak boleh ada yang berpikiran terlalu kanan maupun terlalu kiri sehingga ruang-ruang konflik bisa di minimalisir.
” Tidak boleh ada yang berpikir dan bertindak terlalu kiri atau terlalu kanan bagi semua agama, baik itu islam, hindu, budha dan agama lain yang diakui oleh Undang-Undang, karena hal tersebut bisa memunculkan kaum ekstrimis bahkan bisa menjadi teroris” tegas beliau.
Dalam penyampaian diskusi, saudara Jayadi atau akrab dipanggil bang Jay selaku ketua LAKPESDAM PW NU berharap bahwa Lombok Barat harus menjadi contoh bagi moderasi beragama di tempat-tempat lain.
” Lombok Barat khususnya dan NTB pada umumnya harus menjadi contoh moderasi beragama, meskipun banyak terjadi konflik karena perbedaan tapi bisa diselesaikan dengan cara-cara dialog dan musyawarah” Ungkapnya
Kegiatan FGD berlangsung damai meskipun ada beberapa pertanyaan dan pernyataan yang kesannya menyudutkan salah satu pihak. Acara kemudian ditutup dengan doa dan foto bersama dengan semua peserta diskusi.