Melihat Nasib Petani yang Terabaikan Ketika Program Cetak Sawah Baru Belum Merangkul Semua

Abdul Majid, Anggota DPRD Kabupaten Lombok Barat dan Pembina Petani Peternak Milenial Lombok Barat

SEBAR.CO.ID – Program cetak sawah baru yang sedang digalakkan oleh pemerintah NTB untuk meningkatkan swasembada pangan menghadirkan harapan baru bagi banyak petani. Namun, di balik gebrakan besar ini, masih ada kelompok petani yang belum mendapatkan manfaat dari program ini. Tanah mereka tidak memenuhi kriteria atau persyaratan tertentu, seperti ketersediaan sumber air atau kapasitas lahan, membuat mereka terpinggirkan dari potensi bantuan yang dapat meningkatkan taraf hidup mereka.

Alih Fungsi Lahan yang Memperparah Situasi

Lahan pertanian di Lombok Barat semakin berkurang karena perubahan fungsi lahan yang diakibatkan oleh pengembangan sektor perumahan, pariwisata, dan komersial. Para petani yang sudah sulit memenuhi kriteria untuk mendapatkan bantuan lahan cetak sawah baru semakin merasakan dampak dari berkurangnya luas tanah garapan. Alih fungsi lahan ini tidak hanya mengurangi kesempatan mereka untuk bertani, tetapi juga mengancam ketersediaan pangan lokal yang selama ini bergantung pada hasil dari sawah-sawah ini.

Minimnya Peran Pemerintah Saat Panen: Petani Kerap Merugi

Di sisi lain, petani yang telah berjuang mempertahankan lahan pertanian sering kali harus menghadapi kenyataan pahit: harga jual hasil panen yang tidak menguntungkan. Kurangnya intervensi pemerintah dalam stabilisasi harga pasca panen membuat para petani kerap mengalami kerugian karena harga yang anjlok, sementara biaya produksi terus meningkat. Ini diperparah dengan keberadaan tengkulak yang mengambil untung dari kesulitan petani, dengan membeli hasil panen mereka jauh di bawah harga pasar.

Tengkulak yang Mendominasi dan Keterbatasan Pupuk Subsidi

Keberadaan tengkulak di Lombok Barat terus menjadi masalah serius bagi para petani, terutama mereka yang tidak mendapat akses ke program cetak sawah baru. Tengkulak ini memanfaatkan posisi mereka untuk menekan harga beli hasil pertanian. Selain itu, keterbatasan pupuk subsidi membuat petani harus membeli pupuk dengan harga yang lebih tinggi di pasar, menambah beban mereka. Program cetak sawah baru seharusnya disertai dengan pembenahan distribusi pupuk, agar petani kecil juga bisa mendapatkan pupuk dengan harga terjangkau.

Menatap Masa Depan, Mengupayakan Solusi yang Inklusif

Penting bagi pemerintah NTB untuk memperluas jangkauan program swasembada pangan dan mencakup petani yang tidak memenuhi kriteria cetak sawah baru. Hal ini bisa dilakukan dengan bantuan modal usaha, akses ke pupuk murah, atau subsidi khusus bagi petani kecil yang lahan dan kondisi geografisnya sulit diubah. Dengan langkah ini, petani-petani kecil bisa tetap bertahan dan ikut berkontribusi dalam ketahanan pangan NTB, tanpa merasa terabaikan oleh program-program besar yang tengah berjalan.

Di tengah upaya besar pemerintah untuk mencetak sawah baru, terdapat kelompok petani yang masih berjuang sendiri di balik layar. Mereka membutuhkan perhatian dan kebijakan yang inklusif, yang tak hanya fokus pada ekspansi lahan baru tetapi juga mendukung kelangsungan hidup petani kecil yang ada. Dukungan yang merata akan menjadikan NTB tidak hanya mencapai swasembada pangan, tetapi juga memastikan kesejahteraan bagi seluruh petani yang menjadi pilar ketahanan pangan daerah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *