Menanam Kopi sebagai Solusi Jangka Panjang untuk Mengatasi Banjir di Sekotong dan Lembar

Abdul Majid, Anggota DPRD Kabupaten Lombok Barat dan Founder Kopi Galau “Gawah Lauk”.

SEBAR.CO.ID – Banjir yang melanda Kecamatan Sekotong dan Lembar, Kabupaten Lombok Barat, telah menjadi ancaman tahunan yang berdampak luas terhadap masyarakat. Hujan deras yang turun di perbukitan menyebabkan erosi dan sedimentasi sungai, memperburuk risiko banjir di dataran rendah. Di wilayah pesisir, banjir rob semakin parah akibat perubahan iklim dan penurunan daya serap tanah di daerah hulu.

Mengatasi permasalahan ini memerlukan solusi jangka panjang yang tidak hanya berfokus pada penanggulangan darurat, tetapi juga pada upaya konservasi lingkungan. Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan adalah menanam kopi di wilayah perbukitan sebagai bagian dari pengelolaan daerah aliran sungai (DAS).

Penyebab Banjir di Sekotong dan Lembar

Banjir di wilayah ini bukan hanya disebabkan oleh curah hujan yang tinggi, tetapi juga oleh faktor lingkungan yang semakin memburuk. Beberapa penyebab utama meliputi:

1. Kerusakan Hutan dan Deforestasi

Perbukitan Sekotong dan Lembar mengalami deforestasi akibat aktivitas perambahan lahan, alih fungsi hutan menjadi ladang berpindah, serta eksploitasi sumber daya alam seperti pertambangan. Berkurangnya vegetasi menyebabkan hilangnya penyangga alami yang dapat menahan air hujan, sehingga meningkatkan aliran permukaan dan risiko banjir.

2. Erosi dan Sedimentasi Sungai

Tanah yang tidak tertutup vegetasi dengan baik mudah tergerus hujan, menyebabkan sedimentasi di sungai. Sungai yang semakin dangkal akibat sedimentasi tidak mampu menampung debit air yang tinggi saat hujan deras, sehingga air meluap ke permukiman warga.

3. Perubahan Tata Guna Lahan di Pesisir

Wilayah pesisir Lembar dan Sekotong mengalami abrasi akibat penggundulan hutan mangrove serta pembangunan infrastruktur tanpa kajian lingkungan yang matang. Akibatnya, kawasan pesisir semakin rentan terhadap banjir rob yang dipicu oleh pasang tinggi dan cuaca ekstrem.

4. Minimnya Sistem Drainase yang Efektif

Permukiman di Lembar dan Sekotong berkembang tanpa sistem drainase yang memadai. Akibatnya, air hujan dan luapan sungai menggenangi kawasan pemukiman, menyebabkan kerugian besar bagi masyarakat.

Menanam Kopi sebagai Solusi Jangka Panjang

Salah satu langkah strategis dalam mengatasi banjir di Sekotong dan Lembar adalah dengan menanam kopi di wilayah perbukitan. Kopi memiliki sistem perakaran yang kuat dan mampu menahan tanah dari erosi, sekaligus meningkatkan daya serap air.

1. Kopi sebagai Tanaman Konservasi

Tanaman kopi memiliki banyak manfaat dalam upaya konservasi lingkungan, antara lain:

Menstabilkan tanah di perbukitan, mengurangi risiko longsor dan sedimentasi sungai.

Meningkatkan daya serap air, sehingga memperlambat limpasan air hujan menuju dataran rendah.

Mendukung ekosistem lokal, dengan menyediakan habitat bagi flora dan fauna serta menjaga keseimbangan ekologi.

2. Model Agroforestri Kopi

Untuk mendapatkan manfaat konservasi yang maksimal, kopi dapat ditanam dengan model agroforestri, yaitu sistem pertanian yang mengombinasikan tanaman perkebunan dengan pohon pelindung seperti alpukat, durian, dan jati putih. Dengan model ini:

Tanaman pelindung meningkatkan ketahanan lahan terhadap kekeringan dan erosi.

Masyarakat dapat menikmati hasil ekonomi yang lebih stabil dibandingkan dengan sistem ladang berpindah.

3. Implementasi di Sekotong dan Lembar

Agar strategi ini berhasil, langkah-langkah yang harus dilakukan meliputi:

A. Pemulihan Lahan Kritis

Mengidentifikasi wilayah perbukitan yang mengalami degradasi dan memulai program reforestasi menggunakan kopi dan tanaman keras lainnya.

Mendorong masyarakat untuk menanam kopi sebagai pengganti sistem pertanian yang merusak ekosistem.

B. Insentif dan Pelatihan Petani

Pemerintah daerah dapat memberikan insentif berupa bibit kopi gratis dan pendampingan teknis kepada petani agar mereka mau beralih ke sistem agroforestri kopi.

Pelatihan teknik budidaya kopi berkelanjutan harus diberikan agar produktivitas meningkat tanpa merusak lingkungan.

C. Penguatan Pasar dan Industri Hilir Kopi

Membangun ekosistem ekonomi berbasis kopi dengan mendukung industri pengolahan kopi lokal.

Menghubungkan petani kopi di Sekotong dan Lembar dengan pasar regional dan nasional agar harga jual lebih stabil dan kompetitif.

Dampak Positif Jangka Panjang

Jika diterapkan dengan baik, strategi ini dapat memberikan berbagai manfaat bagi lingkungan, ekonomi, dan sosial masyarakat Sekotong dan Lembar.

1. Manfaat Ekologis

Penanaman kopi akan membantu meningkatkan daya serap air, mengurangi risiko erosi, dan menekan sedimentasi sungai yang menyebabkan banjir di dataran rendah.

Kombinasi kopi dan tanaman pelindung akan menciptakan ekosistem yang lebih stabil, mengurangi risiko longsor dan degradasi lahan.

2. Manfaat Ekonomi

Petani dapat memperoleh penghasilan yang lebih stabil dari hasil panen kopi dibandingkan dengan sistem pertanian ladang berpindah.

Industri kopi yang berkembang dapat menciptakan lapangan kerja baru di sektor pertanian, pengolahan, dan pemasaran.

3. Manfaat Sosial

Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya konservasi, pola hidup yang lebih berkelanjutan dapat diterapkan dalam jangka panjang.

Kemitraan antara pemerintah, komunitas petani, dan sektor swasta dalam pengembangan kopi dapat memperkuat ketahanan sosial dan ekonomi masyarakat Sekotong dan Lembar.

Kesimpulan

Banjir di Sekotong dan Lembar merupakan masalah kompleks yang membutuhkan solusi jangka panjang berbasis lingkungan dan ekonomi. Penanaman kopi dengan sistem agroforestri dapat menjadi alternatif yang efektif untuk mengurangi risiko banjir, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dengan pendekatan yang terintegrasi antara konservasi dan pembangunan ekonomi, wilayah Sekotong dan Lembar dapat menjadi contoh sukses bagaimana pengelolaan sumber daya alam yang bijak dapat memberikan manfaat bagi lingkungan dan masyarakat secara berkelanjutan.

Rekomendasi

1. Pemerintah daerah harus segera menyusun rencana strategis untuk rehabilitasi lahan kritis dengan kopi dan tanaman keras lainnya.

2. Program insentif dan pelatihan bagi petani harus diperkuat untuk mendorong adopsi sistem agroforestri.

3. Kolaborasi dengan investor dan pelaku industri kopi harus dikembangkan untuk memastikan rantai pasok kopi yang berkelanjutan.

Dengan langkah-langkah ini, diharapkan Sekotong dan Lembar tidak hanya mampu mengatasi banjir secara efektif, tetapi juga menjadi sentra produksi kopi berkualitas di NTB.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *