Oleh: Abdul Majid Anggota DPRD Kabupaten Lombok Barat
Dalam beberapa tahun terakhir, olahraga paralayang menjadi salah satu daya tarik baru dalam pengembangan wisata berbasis minat khusus di Nusa Tenggara Barat.
Saya pribadi pernah menginisiasi kegiatan pelatihan paralayang di Lombok Barat di Desa Buwunmas Kec. Sekotong, yang dilanjutkan dengan penyelenggaraan festival paralayang sebagai upaya memperkenalkan potensi dirgantara daerah ini ke khalayak yang lebih luas.
Inisiatif tersebut kami gagas bukan semata-mata sebagai event seremonial, namun sebagai gerakan awal untuk membuka peluang besar: menjadikan Lombok Barat sebagai tuan rumah berbagai ajang olahraga dirgantara, mendongkrak kunjungan wisatawan, dan menggerakkan ekonomi lokal terutama di kawasan perbukitan yang cocok untuk take-off paralayang.
Namun sayangnya, inisiatif ini belum mendapatkan tindak lanjut yang serius dari pemerintah daerah. Tidak ada roadmap pengembangan olahraga paralayang secara berkelanjutan.
Padahal, dukungan infrastruktur, pelatihan lanjutan, dan promosi yang konsisten sangat dibutuhkan agar potensi ini berkembang menjadi ekosistem olahraga dan wisata yang kuat.
Sementara itu, Lombok Tengah menunjukkan progres yang menginspirasi. Lewat Sky Lancing, mereka berhasil menjadi tuan rumah Paragliding Accuracy World Cup (PGAWC) 2025 yang akan dihelat pada 22–25 Mei. Event berskala dunia ini menghadirkan 47 atlet dari 8 negara dan mendapat sorotan internasional. Tak hanya itu, kegiatan ini dibarengi dengan lomba fotografi dan konten kreatif bertema budaya dan pesona langit NTB—sebuah pendekatan kreatif dalam promosi destinasi.
Apa yang dilakukan oleh Lombok Tengah menunjukkan bahwa dengan sinergi antara komunitas, pemerintah, dan stakeholder pariwisata, olahraga paralayang bisa menjadi alat diplomasi wisata yang efektif. Mereka bukan hanya membuat event, tetapi membangun branding destinasi yang kuat dan berkelanjutan.
Lombok Barat Tak Boleh Tertinggal
Dengan lanskap bukit dan pantai yang menawan, banyak titik di Lombok Barat sangat potensial untuk pengembangan olahraga paralayang. Sekotong, Gunung Sasak, dan kawasan Lembar adalah beberapa contohnya. Pemerintah seharusnya tidak melewatkan momentum ini.
Saya percaya, dengan niat baik dan kerja sama lintas sektor, kita bisa menghidupkan kembali inisiatif paralayang di Lombok Barat, bahkan menyusun rencana jangka panjang untuk menjadikan daerah ini sebagai salah satu destinasi unggulan wisata dirgantara di NTB.
Sudah waktunya kita menatap langit, tidak hanya sebagai simbol cita-cita tinggi, tetapi juga sebagai ruang peluang bagi kemajuan pariwisata dan ekonomi daerah.