Oleh: Abdul Majid
Anggota DPRD Kabupaten Lombok Barat
Lombok Barat memiliki segalanya: alam yang memukau, garis pantai yang memanjang, dan pulau-pulau kecil yang memesona. Namun di balik kekayaan alam itu, terdapat kekuatan yang kerap luput dari perhatian: adat dan budaya lokal yang menjadi jiwa dari wajah pariwisata kita.
Di era digital dan mobilitas tinggi seperti sekarang, pariwisata bukan lagi sekadar menikmati panorama, tetapi juga soal pengalaman otentik. Wisatawan—terutama dari mancanegara—tidak hanya datang untuk berlibur, mereka ingin merasakan kehidupan lokal, memahami nilai-nilai tradisi, dan menyelami warisan budaya yang hidup dalam masyarakat. Di sinilah adat dan budaya kita menjadi aset strategis yang tak ternilai.
Adat dan Budaya: Bukan Sekadar Atraksi, Tapi Identitas
Lombok Barat memiliki kekayaan budaya Sasak yang masih lestari—baik dalam bentuk ritual adat, seni pertunjukan, arsitektur tradisional, hingga kearifan lokal dalam pengelolaan lingkungan. Jika ini dikemas dengan baik sebagai bagian dari narasi pariwisata, maka wisatawan tidak hanya pulang membawa foto, tetapi juga pemahaman dan penghargaan terhadap identitas lokal.
Beberapa desa adat yang ada menyimpan potensi luar biasa untuk dijadikan destinasi wisata budaya berbasis masyarakat (community-based tourism). Budaya bukan hanya ditampilkan, tetapi dihidupkan. Ketika masyarakat terlibat aktif dalam proses ini, akan tercipta ekonomi partisipatif yang berkelanjutan.
Pariwisata Sebagai Sarana Pelestarian, Bukan Komersialisasi
Perlu disadari, pariwisata yang tumbuh tanpa arah bisa menjadi ancaman bagi budaya itu sendiri. Komodifikasi budaya adalah salah satu tantangan nyata, ketika adat istiadat diubah sekadar menjadi tontonan yang kehilangan makna. Kita harus menghindari jebakan ini.
Justru sebaliknya, pariwisata harus menjadi kendaraan pelestarian budaya. Ketika ada nilai ekonomi dari menjaga dan menampilkan budaya secara autentik, masyarakat akan lebih terdorong untuk melestarikan, bukan meninggalkan tradisi leluhur mereka.
Membangun Sinergi: Pemerintah, Masyarakat, dan Pelaku Pariwisata
Mewujudkan pariwisata berbasis budaya tidak bisa dilakukan secara sektoral. Perlu sinergi yang kuat antara pemerintah daerah, tokoh adat, pelaku pariwisata, dan komunitas kreatif. Pemerintah harus menghadirkan regulasi dan insentif yang berpihak pada pelestarian budaya, termasuk melalui event budaya tahunan, pelatihan SDM lokal, dan penguatan desa wisata berbasis adat.
Di sisi lain, pelaku pariwisata wajib berkomitmen menjaga integritas budaya lokal, bukan hanya mencari keuntungan sesaat. Sementara masyarakat perlu dilibatkan secara aktif dan mendapat manfaat langsung dari aktivitas pariwisata.
Lombok Barat Menuju Pariwisata Berbudaya
Momentum pembangunan pariwisata Lombok Barat harus diarahkan untuk merayakan keberagaman budaya sebagai kekuatan utama, bukan sekadar pelengkap. Dengan pendekatan yang berkelanjutan, adil, dan berbasis nilai-nilai lokal, maka Lombok Barat tak hanya akan menjadi tujuan wisata, tetapi juga ruang belajar lintas budaya bagi dunia.
Sebagai wakil rakyat, saya percaya bahwa penguatan budaya adalah fondasi kuat dalam membangun pariwisata yang bermartabat dan berkelanjutan. Mari kita jaga identitas kita, karena di sanalah letak pesona sejati Lombok Barat.