Menguatkan Homestay Sebagai Wajah Wisata Lombok Barat

Oleh: Abdul Majid

Anggota DPRD Kabupaten Lombok Barat, Dewan Pengawas IHSA NTB

Kunjungan Pengurus Indonesian Homestay Association (IHSA) Provinsi ke Kabupaten Lombok Barat menjadi momen strategis untuk mengevaluasi dan merumuskan arah pengembangan homestay sebagai bagian penting dari sistem kepariwisataan kita. Kabupaten Lombok Barat sebagai salah satu daerah penyangga destinasi super prioritas KEK Mandalika, dan sebagai gerbang masuk utama NTB melalui Pelabuhan Lembar, memiliki potensi luar biasa dalam pengembangan homestay berbasis masyarakat.

Namun, potensi ini belum digarap secara maksimal dan berkelanjutan.

Homestay: Lebih dari Sekadar Tempat Menginap

Homestay bukan hanya tempat singgah sementara bagi wisatawan. Ia adalah wajah keramahan lokal, representasi budaya, serta pintu masuk bagi wisatawan untuk merasakan kehidupan masyarakat setempat. Melalui homestay, tamu bisa merasakan nuansa otentik desa, ikut dalam kegiatan harian warga, dan menyentuh langsung nilai-nilai lokal.

Namun tantangannya nyata. Banyak homestay di Lombok Barat yang masih dikelola secara sederhana, dengan keterbatasan fasilitas, manajemen, dan pemasaran. Di sisi lain, wisatawan kini semakin selektif, dan kenyamanan, kebersihan, serta pengalaman autentik menjadi tuntutan utama.

Pentingnya Intervensi Pemerintah Daerah

Dalam hal ini, Pemerintah Kabupaten Lombok Barat perlu hadir lebih nyata. Beberapa hal mendesak yang perlu dilakukan adalah:

1. Regulasi yang mendukung homestay berbasis masyarakat. Misalnya, dengan mendorong lahirnya Peraturan Bupati tentang homestay dalam skema desa wisata, yang memberi perlindungan dan arah pembangunan yang jelas bagi pelaku usaha homestay lokal.

2. Pendataan dan pemetaan menyeluruh. Perlu ada basis data terpadu yang memuat jumlah, lokasi, kapasitas, dan kondisi homestay. Data ini sangat penting untuk perencanaan promosi, pembinaan, hingga intervensi program bantuan.

3. Pelatihan dan sertifikasi pengelola. Kualitas layanan menjadi kunci kepercayaan wisatawan. Pemerintah dapat berkolaborasi dengan IHSA dan lembaga pelatihan untuk meningkatkan kompetensi pengelola homestay dalam hal hospitality, kebersihan, pelayanan makanan, dan digitalisasi.

4. Akses pada pemasaran digital. Banyak homestay belum terhubung dengan pasar online. Pemerintah bisa memfasilitasi platform digital lokal atau membimbing mereka masuk ke kanal OTA (Online Travel Agent) seperti Traveloka, Booking.com, dan Airbnb.

5. Dukungan infrastruktur dan konektivitas. Tanpa akses jalan yang memadai, jaringan internet, air bersih, dan listrik stabil, homestay akan sulit berkembang. Ini menjadi tanggung jawab lintas sektor di Pemkab.

Sinergi IHSA dan Pemkab: Kunci Keberhasilan

Kehadiran IHSA diharapkan bisa menjadi jembatan antara pelaku homestay dan pemerintah daerah. IHSA dapat menjalankan peran advokasi, edukasi, serta menjadi forum aspirasi dan inovasi. Pemerintah Kabupaten Lombok Barat harus memanfaatkan momen ini untuk membangun kolaborasi jangka panjang dengan IHSA.

Bukan tidak mungkin, Lombok Barat bisa menjadi kabupaten percontohan pengelolaan homestay terbaik di NTB, bahkan secara nasional, bila kita serius menata dari hulu ke hilir — mulai dari regulasi, pelatihan, hingga promosi dan pengawasan.

Penutup

Homestay adalah ujung tombak pariwisata berbasis rakyat. Ketika kita membenahi homestay, sesungguhnya kita sedang menguatkan ekonomi lokal, menjaga budaya, dan membuka jalan bagi kesejahteraan masyarakat. Sudah saatnya Pemerintah Kabupaten Lombok Barat memprioritaskan pembinaan homestay sebagai bagian tak terpisahkan dari agenda pembangunan pariwisata yang inklusif dan berkelanjutan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *