Oleh: Abdul Majid
Anggota DPRD Kabupaten Lombok Barat
Indonesia Gastrodiplomacy Series (IGS) 2025 yang akan diselenggarakan di Nusa Tenggara Barat merupakan momentum strategis untuk mempromosikan Indonesia melalui kekuatan budaya rasa. Namun yang lebih penting, ini adalah peluang emas bagi setiap kabupaten/kota di NTB—terutama Lombok Barat—untuk mengambil peran nyata dalam menampilkan keunggulan lokalnya di hadapan para duta besar dan investor internasional.
1. Menyusun Showcase Kuliner & Budaya Lokal Lombok Barat
Pemkab Lombok Barat harus segera menyusun kurasi kekayaan gastronomi khas yang dapat dipamerkan dalam rangkaian IGS, seperti ayam taliwang, plecing kangkung, beberuk terong, hingga kopi Sekotong. Lebih dari sekadar makanan, perlu ditampilkan juga cerita di balik setiap rasa: siapa yang menanam, siapa yang memasak, bagaimana prosesnya diwariskan lintas generasi.
Jika dikelola dengan cerdas, showcase ini bisa menjadi pintu masuk untuk memperkuat citra Lobar sebagai destinasi wisata rasa yang otentik, sekaligus membuka peluang ekspor kuliner ke mancanegara melalui duta besar yang hadir.
2. Mempersiapkan SDM Lokal untuk Interaksi Global
Acara sebesar IGS bukan hanya panggung atraksi, tapi juga forum interaksi dan negosiasi. Oleh karena itu, Pemkab perlu melakukan pelatihan singkat kepada para pelaku kuliner, pemandu wisata, pemilik homestay, dan pelaku UMKM agar siap berinteraksi secara profesional dengan tamu internasional. Mulai dari hospitality, pengenalan bahasa asing dasar, hingga storytelling tentang produk lokal.
Dengan begitu, Lombok Barat tidak hanya menjadi penonton, tapi pemain aktif yang siap merebut manfaat dari diplomasi rasa ini.
3. Mendorong Kolaborasi Lintas Sektor & Komunitas
Pemkab Lobar perlu mempertemukan OPD terkait seperti Dinas Pariwisata, Dinas Perdagangan, dan Dinas Koperasi dengan komunitas kreatif, pelaku UMKM, serta pengelola desa wisata untuk menyusun aksi kolaboratif. Jangan sampai kesempatan emas ini hanya dirasakan segelintir pihak. Harus ada mekanisme pelibatan masyarakat secara luas dan merata.
Kolaborasi ini dapat diarahkan untuk menyiapkan side event IGS lokal, seperti Festival Rasa Lobar, open kitchen budaya, atau pameran produk unggulan UMKM selama minggu pelaksanaan IGS berlangsung.
4. Memetakan dan Menawarkan Lokasi Investasi Gastronomi & Wisata
Sejalan dengan agenda kunjungan para duta besar ke KEK Mandalika, Pemkab Lobar harus memiliki daftar lokasi potensial untuk pengembangan restoran tematik, agrowisata kuliner, hingga pusat pelatihan gastronomi. Lokasi seperti Desa Wisata Sekotong, Lingsar, atau Gerung bisa disiapkan sebagai site visit bagi investor atau sebagai model pengembangan destinasi gastronomi berbasis desa.
5. Membangun Narasi Identitas Lobar dalam Konteks NTB dan Indonesia
IGS adalah platform branding, bukan hanya branding NTB, tetapi juga micro-branding kabupaten/kota di dalamnya. Maka Pemkab Lobar perlu menyusun narasi komunikasi yang kuat tentang keunikan kuliner, sejarah budaya, dan filosofi hidup masyarakat Lombok Barat. Narasi ini penting agar Lobar tak tenggelam dalam euforia NTB, melainkan tampil sebagai aktor penting dalam panggung nasional.
Penutup
Pemkab Lombok Barat tidak boleh melewatkan momentum strategis ini. IGS bukan sekadar agenda seremonial, tetapi medan diplomasi ekonomi dan budaya yang bisa membawa dampak besar bagi sektor pariwisata, UMKM, hingga lapangan kerja lokal. Untuk itu, dibutuhkan kesiapan, kolaborasi, dan narasi yang kuat agar Lombok Barat tidak hanya dikenal karena keindahannya, tapi juga karena kelezatan dan kearifan lokalnya.