Oleh : Abdul Majid, Anggota DPRD Kabupaten Lombok Barat dan pelaku penggiat Pariwisata NTB
SEBAR.CO.ID – Lombok Barat kembali menjadi sorotan dengan masuknya salah satu tradisi Perang Topat ke dalam agenda Karisma Event Nusantara (KEN) 2025. Tradisi ini bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga representasi budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat Sasak.
Tulisan ini akan menganalisis tradisi Perang Topat di Lombok Barat dari berbagai sudut pandang, termasuk sejarah, budaya, ekonomi, pariwisata, serta dampaknya terhadap masyarakat lokal.
Sejarah dan Makna Budaya Perang Topat di Lombok Barat memiliki akar sejarah yang panjang, berasal dari tradisi leluhur yang bertujuan untuk memperkuat solidaritas dan menjunjung keberanian.
Dalam banyak kebudayaan, ritual perang sering kali melambangkan keberanian, ketangguhan, dan rasa persaudaraan. Perang ini dilakukan dalam konteks yang lebih simbolis, bukan untuk melukai lawan, melainkan sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi nenek moyang.
Dampak Ekonomi dan Pariwisata Masuknya tradisi ini ke dalam KEN 2025 memberikan peluang besar bagi Lombok Barat dalam sektor ekonomi dan pariwisata.
Event budaya semacam ini mampu menarik wisatawan domestik maupun mancanegara, sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah dari sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Hotel, restoran, transportasi, serta UMKM lokal akan merasakan dampak positif dari meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan.
Namun, event Perang Topat belum maksimal dalam pengelolaannya, sehingga belum mampu mendatangkan banyak tamu secara signifikan. Peningkatan promosi dan infrastruktur diperlukan untuk meningkatkan daya tarik event ini.
Langkah Strategis Lombok Barat untuk Meningkatkan Daya Tarik Perang Topat Agar Perang Topat menjadi event berkelas yang mampu menyedot perhatian wisatawan mancanegara, beberapa langkah strategis perlu diambil oleh Pemerintah Daerah Lombok Barat:
1. Promosi Digital dan Media Internasional
Menggunakan media sosial, website resmi, dan platform pariwisata global untuk mempromosikan event ini.
Mengundang influencer dan travel blogger internasional untuk meliput langsung acara ini.
2. Peningkatan Infrastruktur dan Aksesibilitas
Memperbaiki sarana transportasi dan akomodasi bagi wisatawan.
Menyediakan fasilitas pendukung seperti pusat informasi wisata dan jalur wisata yang memudahkan akses ke lokasi event.
3. Kolaborasi dengan Pihak Swasta dan Kemenparekraf RI
Menggandeng sponsor dari sektor swasta untuk mendukung pembiayaan event.
Berkoordinasi dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk mendapatkan dukungan promosi dan pengembangan event.
4. Pengemasan Event yang Lebih Atraktif
Menambahkan rangkaian acara pendukung seperti festival kuliner, pameran budaya, dan pertunjukan seni tradisional.
Mengemas Perang Topat dengan konsep yang lebih menarik tanpa menghilangkan nilai budayanya.
5. Pelibatan Masyarakat Lokal dan Generasi Muda
Melibatkan komunitas budaya dan generasi muda dalam pelaksanaan event.
Memberikan pelatihan bagi masyarakat lokal agar mereka dapat berperan aktif sebagai pemandu wisata dan pelaku ekonomi kreatif.
Peran Pemerintah Provinsi NTB Agar Perang Topat benar-benar menjadi daya tarik wisata unggulan, Pemerintah Provinsi NTB perlu terlibat lebih aktif dalam pengembangannya. Bentuk keterlibatan tersebut bisa berupa peningkatan anggaran promosi, fasilitasi infrastruktur pendukung, serta kerja sama dengan sektor swasta untuk meningkatkan skala event ini.
Selain itu, Pemprov NTB juga dapat membantu mengembangkan paket wisata terpadu yang menghubungkan Perang Topat dengan destinasi lain di sekitar Lombok Barat agar wisatawan memiliki pengalaman yang lebih kaya.
Aspek Sosial dan Keberlanjutan Tradisi Dari sisi sosial, tradisi ini berperan dalam memperkuat identitas budaya masyarakat Lombok Barat, terutama bagi generasi muda agar tetap menghargai dan melestarikan warisan nenek moyang.
Partisipasi generasi muda dalam event semacam ini juga dapat mencegah hilangnya nilai-nilai budaya akibat modernisasi. Oleh karena itu, perlu ada upaya dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, akademisi, dan komunitas budaya, dalam melakukan edukasi dan pelestarian tradisi ini.
Perang Topat di Lombok Barat bukan hanya sekadar tontonan, tetapi juga warisan budaya yang memiliki nilai historis, sosial, dan ekonomi yang tinggi. Dengan masuknya dalam KEN 2025, diharapkan tradisi ini semakin dikenal luas dan dapat menjadi salah satu daya tarik utama wisata budaya di NTB.
Sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan pelaku industri pariwisata sangat dibutuhkan agar event ini sukses dan memberikan manfaat maksimal bagi daerah. Keterlibatan aktif Pemerintah Provinsi NTB serta langkah strategis yang tepat dari Pemerintah Daerah Lombok Barat akan menjadi faktor kunci dalam memaksimalkan potensi Perang Topat sebagai event budaya yang mendunia.