Perkopian Lombok Barat: Potensi Besar yang Masih Diabaikan

Oleh: Abdul Majid Anggota DPRD Lombok Barat, Pegiat Pariwisata dan Ekonomi Rakyat

SEBAR.CO.ID – Lombok Barat dikenal dengan keindahan alamnya yang luar biasa. Namun di balik lanskap yang menawan, tersimpan kekayaan yang tak kalah potensial: kopi. Komoditas ini bukan hanya sekadar minuman favorit banyak kalangan, tetapi juga menyimpan peluang ekonomi besar bagi daerah—sayangnya, belum mendapat perhatian serius.

Berdasarkan data terakhir, luas areal tanam kopi di Lombok Barat mencapai hampir 700 hektare dengan produksi tahunan lebih dari 260 ton. Jumlah petani yang terlibat pun tidak sedikit, menyentuh lebih dari 1.400 kepala keluarga. Ini bukan angka kecil.

Diakui Dunia, Diabaikan di Rumah Sendiri

Pada tahun 2021, kopi dari Lombok Barat sukses menembus pasar internasional, termasuk Korea Selatan, Kanada, Amerika Serikat, dan Swiss. Bahkan, ekspor kopi robusta dalam bentuk green bean dengan mutu satu berhasil dilakukan.

Prestasi ini menunjukkan bahwa kopi Lombok Barat diakui dunia. Namun, kenyataannya, para petani di daerah kita masih bergulat dengan minimnya dukungan—baik dari sisi teknologi, pelatihan, pemasaran, hingga kelembagaan.

Kritik yang Membangun untuk Pemerintah Daerah

Sampai hari ini, belum terlihat adanya kebijakan serius yang menjadikan kopi sebagai komoditas unggulan dalam dokumen perencanaan daerah. Bantuan bibit, pelatihan teknis, dan akses modal masih sangat terbatas. Perhatian terhadap proses pascapanen juga belum maksimal. Tak heran jika produktivitas per hektare masih jauh dari potensi maksimalnya.

Inilah saatnya Pemkab Lombok Barat membangun ekosistem kopi yang sehat dan berkelanjutan, bukan hanya sekadar program musiman yang tidak berdampak jangka panjang.

Rekomendasi Strategis

Sebagai anggota DPRD, kami mendorong agar pemerintah daerah segera:

1. Menyusun peta jalan (roadmap) perkopian daerah secara serius dan terukur.

2. Meningkatkan kapasitas petani kopi melalui pelatihan dan pendampingan teknis.

3. Membangun fasilitas pengolahan pascapanen yang modern dan mudah diakses petani.

4. Mendorong koperasi atau kelompok usaha petani kopi agar memiliki daya tawar di pasar.

5. Mengintegrasikan kopi dalam promosi pariwisata dan UMKM lokal.

Kopi adalah Identitas Budaya dan Masa Depan Ekonomi

Kopi bukan sekadar komoditas pertanian. Ia adalah budaya, simbol keramahtamahan, dan bisa menjadi wajah baru ekonomi daerah jika dikelola dengan serius. Jangan sampai potensi sebesar ini hanya jadi cerita dari mulut ke mulut, tanpa langkah konkret dari para pengambil kebijakan.

Saatnya kopi Lombok Barat naik kelas. Dan itu hanya bisa terjadi jika ada keberpihakan nyata dari pemerintah daerah terhadap petani dan pelaku usaha di sektor ini.

Tentang Penulis:

Anggota DPRD Lombok Barat, Wakil Ketua Komisi II DPRD, pegiat pariwisata dan ekonomi kerakyatan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *