Oleh: Abdul Majid
Anggota DPRD Lombok Barat
Di tengah dinamika kemasyarakatan dan tantangan kemanusiaan yang terus berkembang, peran lembaga seperti Palang Merah Indonesia (PMI) menjadi semakin penting. Khususnya di Lombok Barat, keberadaan PMI telah menunjukkan dedikasi dalam penanganan kebencanaan, pelayanan darah, dan kegiatan sosial lainnya. Namun, seperti banyak organisasi yang tumbuh bersama waktu, ruang pembaruan dan penguatan juga terbuka lebar.
Momentum Musyawarah Kabupaten (Muskab) PMI Lombok Barat tahun ini, menjadi waktu yang baik untuk merenungkan kembali peran dan arah gerak organisasi ini. Bukan untuk menghakimi masa lalu, melainkan mencoba memahami bagaimana PMI bisa menjawab kebutuhan zaman dengan lebih siap dan sigap.
Refleksi atas Perjalanan
PMI Lombok Barat telah menjadi bagian dari denyut nadi sosial masyarakat, terutama saat terjadi bencana maupun saat masyarakat membutuhkan bantuan medis. Namun, dalam obrolan santai dengan beberapa tokoh muda, pegiat kemanusiaan, hingga warga biasa, muncul harapan agar PMI tidak hanya hadir saat bencana terjadi, tetapi juga menjadi bagian dari upaya pencegahan dan edukasi kemanusiaan di tingkat akar rumput.
Dinamika Organisasi yang Perlu Dirayakan dan Dikuatkan
Setiap organisasi tentu punya tantangan masing-masing. PMI pun demikian. Dalam beberapa kesempatan, kita melihat relawan PMI bekerja di medan sulit, meski fasilitas dan dukungan kadang masih terbatas. Hal ini menunjukkan bahwa semangat kemanusiaan tetap menjadi pondasi utama. Tapi sebagaimana semangat itu tumbuh, perhatian terhadap penguatan kelembagaan, pembinaan relawan, serta sinergi dengan berbagai pihak menjadi penting untuk terus diupayakan.
Sebagian pihak juga mulai menyuarakan pentingnya melibatkan lebih banyak anak muda dalam gerakan PMI. Sebuah ide yang layak untuk didengar, mengingat anak muda hari ini bukan hanya butuh ruang berkontribusi, tetapi juga membawa semangat baru dan pendekatan yang lebih relevan dengan zaman, termasuk lewat media digital.
Membaca Peluang dan Menata Arah Baru
Di tingkat daerah, ruang kolaborasi antara PMI dan pemerintah sebenarnya cukup besar. Keberadaan program-program sosial, pendidikan karakter, hingga mitigasi bencana bisa menjadi pintu masuk sinergi yang lebih luas. PMI bisa menjadi mitra strategis dalam upaya edukasi kemanusiaan di sekolah, pesantren, dan komunitas, sembari memperkuat program donor darah yang inklusif dan berkelanjutan.
Penguatan relawan juga bisa menjadi prioritas. Bukan hanya dari sisi jumlah, tapi juga kualitas dan kapasitas. Pelatihan rutin, pendampingan psikososial, hingga penyediaan perlengkapan lapangan bisa menjadi bagian dari upaya ke depan. Termasuk juga membuka ruang partisipasi bagi berbagai kelompok masyarakat yang selama ini belum tersentuh.
Muskab dan Harapan Baru
Sebagai bagian dari masyarakat Lombok Barat, kita tentu berharap Muskab ini menjadi ruang yang sehat untuk memilih pemimpin PMI yang tidak hanya punya pengalaman, tetapi juga semangat untuk merangkul semua kalangan. Sosok yang mampu menghidupkan kembali semangat kolektif dan menjadikan PMI sebagai rumah besar bagi siapa saja yang ingin berbuat untuk kemanusiaan.
Penting kiranya, agar PMI Lombok Barat ke depan memiliki arah yang jelas—dengan program-program terukur, kolaborasi yang luas, dan semangat kerelawanan yang terus dijaga. Karena pada akhirnya, kerja-kerja kemanusiaan bukan soal siapa yang paling terlihat, tapi siapa yang paling hadir di saat dibutuhkan.
Penutup
PMI Lombok Barat telah menunjukkan dedikasinya selama ini. Kini saatnya kita semua, baik pemerintah daerah, masyarakat, dan jejaring komunitas, melihat PMI sebagai mitra penting dalam membangun Lombok Barat yang lebih tangguh dan peduli. Muskab ini bukan hanya tentang memilih pengurus baru, tetapi tentang menyusun harapan baru: bahwa kerja-kerja kemanusiaan bisa terus tumbuh dengan hati, dengan kolaborasi, dan dengan semangat kebersamaan.