Polemik Pantai Buncit: Pemuda Lembar Undang Baiq Nurjani Duduk Bersama Bahas Pariwisata

Lembar, 2 Juni 2021 (sebar.co.id)
Bak gayung bersambut, polemik penutupan balap kuda Pantai Buncit terus menjadi buah bibir di masyarakat. Beberapa pihak menyayangkan stetmen salah satu dewan di desa Lembar yang menyarankan untuk ditutupnya balap kuda di pantai buncit yang baginya meresahkan masyarakat karena adanya judi dan ketidaktaatan terhadap prokes Covid-19.
Tidak lama setelah stetmen itu dipublikasikan oleh salah satu media mainstream di NTB, pemerintah desa yang dipimpin oleh Kepala langsung melakukan penilaian yang melibatkan jajarannya. Harusnya dengan komisinya yang terkait dengan pariwisata, dewan tersebut harusnya mendukung program pariwisata Desa.
Sampai saat ini pihak desa melalui kepala desa dan pihak dewan belum terlihat ada rekonsiliasi bagaimana menetralisir isu yang sudah kadung menyebar. Isu yang beredar bahwa kenapa kepala desa dan dewan tidak bisa bertemu karena dua bintang satu panggung.
Dalam keadaan pandemi ini pariwisata sebagi lokomotif pertumbuhan ekonomi rakyat dan tidak terkecuali masyarakat pantai buncit yang merasakan dampak dari adanya pariwisata berkuda yang notabene menjadi atraksi
“seharusnya dikembangkan bukan disarankan untuk ditutup dengan alasan regulasi” kata Irsan salah satu pemuda Desa Lembar.
Salah satu fungsi dewan perwakilan rakyat adalah yang berkaitan dengan regulasi
“dan karenanya kami pemuda lembar mengundang salah satu anggota DPRD Baiq Nurjani yang mana berada di komisi dua yang leading sektornya di bagian pariwisata dan pertanian untuk membahas regulasi yang disoroti oleh beliau” harapnya.
Jika dua tokoh yakni kepala desa dan dewan perwakilan rakyat daerah itu bersatu maka bisa diprediksi akan dampak positifnya bagi pembangunan desa Lembar.
Baik kepala dan dewan perwakilan rakyat daerah sebagai masyarakat desa dapat duduk bersama yang diinisiasi oleh BPD setempat untuk membahas aturan atau regulasi yang dapat diterapkan agar tidak merugikan pengunjung dan masyarakat setempat.
Jika balap kuda tersebut tetap ditutup dikhawatirkan dapat berefek terhadap semangat tim kelompok sadar wisata (Pokdarwis) yang telah lama memperjuangkan ramainya destinasi wisata tersebut. (Sp)