Oleh: Abdul Majid Anggota DPRD Kabupaten Lombok Barat
Setiap tanggal 2 Mei, bangsa ini memperingati Hari Pendidikan Nasional. Momen ini bukan sekadar upacara seremonial, tapi saat yang tepat untuk menengok kembali wajah pendidikan kita — terutama di wilayah-wilayah yang selama ini kurang tersentuh sorotan.
Di Lombok Barat, khususnya di dusun-dusun dan desa-desa terpencil, masih banyak anak-anak yang harus menempuh perjalanan jauh melewati jalan rusak, berlumpur, atau bahkan menyeberangi sungai untuk sampai ke sekolah. Beberapa sekolah masih berdiri seadanya, dengan fasilitas minim, tenaga pengajar yang terbatas, dan konektivitas digital yang nyaris tidak ada.
Ini bukan tentang menyalahkan siapa pun. Tapi ini tentang membuka mata dan hati kita bersama. Pendidikan tidak bisa berjalan sendiri. Ia membutuhkan dukungan dari banyak sisi: akses jalan, jaringan komunikasi, semangat gotong royong, dan kesadaran bahwa masa depan daerah ini ditentukan oleh kualitas pendidikan hari ini.
Ketika anak-anak di kota belajar lewat gawai dan internet, banyak anak-anak di pelosok masih berjuang dengan papan tulis dan buku yang usang. Ketika sebagian besar tenaga pengajar memilih kota karena fasilitas lebih lengkap, para guru di pedalaman tetap bertahan dengan segala keterbatasan, mengabdikan diri untuk mencerdaskan generasi bangsa.
Tugas kita adalah memastikan bahwa perjuangan mereka tidak sia-sia. Peringatan Hari Pendidikan Nasional ini seharusnya menjadi pengingat bahwa pembangunan bukan hanya soal gedung megah di pusat kota, tapi juga tentang memastikan anak-anak di pelosok merasakan kehadiran negara dalam hidup mereka.
Mari kita jadikan pendidikan sebagai prioritas bersama. Bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi juga tanggung jawab moral seluruh lapisan masyarakat. Karena mimpi anak-anak kita di desa terpencil sama besarnya dengan anak-anak di kota. Yang membedakan hanya akses dan kesempatan.
Selamat Hari Pendidikan Nasional. Semoga ke depan, tak ada lagi mimpi yang terhambat hanya karena letaknya di ujung jalan yang rusak.