Santri dan Gerakan Penghijauan Untuk Bangsa

Oleh: Muhammad Rizal Watoni
Indonesia atau Negara Kesatuan Republik Indonesia, dilintasi oleh garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia, serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia adalah bukti nyata akan kebesaran Allah SWT yang harus dijaga, dibela, dan dicintai dengan sepenuh hati oleh generasi penerus yakni anak-anak yang lahir di Bumi Pertiwi. Indonesia memiliki sumber daya yang unik dan kekayaan alam yang berlimpah ruah tersebar seluruh pelosok negeri.
Anggapan yang menyatakan bahwa santri hanya bisa mengaji dan mengkaji kitab kuning merupakan asumsi yang kuno. Kata santri dewasa ini sudah mulai mengisi posisi-posisi penting dalam status sosial dan jabatan tertentu. Alumni pondok pesantren atau seorang santri pada saat sekrang ini sudah banyak ikut terlibat serta bergelut mengisi jabatan di birokrasi pemerintahan baik dari skala nasional maupun skala regional. Banyak santri yang sudah sukses menjadi seorang Enterpreneur (pengusaha), arsitek, motivator bahkan menjadi seorang penggiat lingkungan hidup.
Hal ini tidak lain karena keyakinan bahwa “fastabiqul khoirot” berlomba-lomba menuju kebaikan itu adalah salah satu bukti pengamalan ilmu di pondok pesantren. Menjadi manusia yang bermanfaat, dimana saja, kapan saja, dengan siapa saja adalah contoh ketangguhan seorang santri yang semasa di pondok pesantren telah dididik dan ditempa dengan ujian kekuatan untuk bertahan yang tidak diragukan. Sehingga ketika seorang santri sudah menyelesaikan pendidikan di pondok pesantren maka jangan heran jika kiprah mereka akan melambung tinggi dalam segala aspek kehidupan serta pekerjaan.
Model pesantren yang memiliki idiologi modern juga dianut oleh salah satu pondok pesantren di kawasan Indonesia bagian tengah, yaitu di daerah Nusa Tenggara Barat (NTB) tepatnya di pulau Lombok Kabupaten Lombok Barat yang Bernama Pondok Pesantren Nurul Haramain NW. Pondok Pesantren Nurul Haramain didirikan pada tahun 1991 oleh TGH. Djuaini Muhtar yang berasal dari Pancor Lombok Timur.
Nurul Haramain merupakan Lembaga Pendidikan islam modern dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai islami, sebagai Lembaga pendidik yng modern Nurul Haramain sangat aktif dalam mengikuti perkembangan teknologi dari masa ke masa, menerapkan system pembelajaran digitalisasi, moderenisasi dengan memanfaatkan teknologi sebagai media untuk menunjang Pendidikan yang lebih baik. Salah satu penghargaan yang pernah diterima oleh pondok ini pada bidang penghijauan seperti Ashoka International Awards for best Fellow in Religion and Women Empowerment, Ma’arif Awards dan penghargaan Ramon Magsaysay Awards sebagai tokoh penggerak di bidang penghijauan.
Pondok pesantren Nurul Haramain dalam pelestarian lingkungan hidup sudah berhasil membuat inovasi berbasis pesantren yang berwawasan lingkungan dengan program ‘Green Nurul Haramain’’ (Enha Hijau. Konsep ini memformulasikan gerakan perduli lingkungan hidup yang bersentuhan langsung dengan kehiduan masyarakat pesantren dan bertujuan untuk membangun dan memperkuat paradigma baru yang selama ini menganggap kegiatan santri hanya mengaji dan mengkaji kitab kuning (Kitab klasik). Cara pandang seperti ini sangat dibutuhkan dalam rangka membangun sifat sadar dan peduli manusia, bahwasanya menjaga dan melestarikan lingkungan bukan hanya tugas segelintir maupun segolongan orang saja melainkan tugas semua ummat manusia untuk menjaga ekosistim alam demi kehidupan yang akan datang.
“Tidaklah seorang muslim menanam tanaman kecuali yang dimakan darinya merupakan sedekah, apa yang dicuri darinya merupakan sedekah, apa yang dimakan oleh binatang buas merupakan sedekah, apa yang dimakan oleh burung merupakan sedekah, dan apa yang diambil oleh orang lain juga sedekah” (HR. Muslim).
Melihat keadaan sekarang ini terkait kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup masih sangat rendah, banyak masyarakat yang apatis bahkan sampai demi kepentingan sessat banyak yang mengorbankan lingkungan dan alam demi memenuhi keinginan dan kepuasan pribadi. Secara teori, kerusakan lingkungan hidup saat ini, didasari oleh sebuah paham yang bernama antroposentrisme yang beranggapan bahwa manusia sebagai sentral alam semesta dan hanya manusia yang mempunyai nilai, disamping itu alam dan makhluk lain dianggap hanyalah sebagai instrument bagi pemuas kepentingan manusia semata.
Pondok pesantren Nurul Haramain Narmada dalam hal ini cocok dijadikan sebagai pondok rule model atau contoh teladan yang baik terkait bagaimana perannya sebagai agen penghijauan khusunya di daerah Lombok, Nusa Tenggara Barat. Ada banyak cara dan solusi jitu yang dipraktikan oleh Ponpes Nurul Haramain yang berbeda dengan lembaga pendidikan lain, hal ini telah terbukti dengan capaian yang memuaskan. Dalam konteks inilah penulis tertarik untuk merumuskan pola kerja Pondok Pesantren Nurul Haramain yang melibatkan santri dan para Asatidz bahkan Pimpinan Yayasan yang jug ikut terlibat serta memberikan contoh untuk bekerja langsung di lapangan.
Pondok Pesantren dan Penghijauan
Pimpinan Pondok Pesantren, Bersama para santri menanam sekitar 1 juta pohon mampu menghasilkan 1 juta hingga 5 juta bibit pohon per tahun.
Nurul Harmain dan Program Penghijauan
Untuk melaksanakan program penghijauan pondok pesantren Nurul Harmain membuat trobosan program pendukung yang dapat membantu mempercepat perwujudan program penghijauan di Lombok, beberapa program unggulan di antaranya:
Gerakan Peduli Lingkungan
Gerakan Penanaman Pohon dan Penghijauan
Konservasi Lahan Kritis
Gerakan Pohon Gratis
Tuan Guru Sebagai Suri Contoh
Unsur penting dari pondok pesantren adalah Uztad/guru. Santri akan dengan mudah men-copypaste segala jenis tingkah laku dan contoh yang diberikan oleh Asatidz secara langsung, hal ini dikarenakan intensitas pertemuan antara santri hampir terus terjalin selama 24 jam. Sosok idola bagi santri Nurul Harmain adalah (TGH. Hasanain Juani, Lc, MH) juga juga sebagai pimpinan Pondok Pesantren Nurul Harmain Narmada, dari aspek manajerial ddan konsistensinya beliau telah berhasil mendapatkan penghargaan baik nasional maupun internasional karena pemikirannya yang berkaitan dengan program penghijauan dalam menyelamatkan bumi, berikut beberapa penghargaan yang telah didapatkan: (1) Dinobatkan sebagai tokoh perubahan oleh REPUBLIKA 2015 (2) Penghargaan Roman Magsaysay Award (Nobel Versi Asia) tahun 2011 (3) Ashoka International Foundation Medal For Best Fellow In Religion and Women Empowerment tahun 2003(4) Piagam pelestarian lingkungan dari pemerintah Lombok Barat tahun 2004 (5) Maarif Award, Ma’arif Institute For Cultural and Humanity tahun 2008.
Bahkan dalam satu karya buku beliau khusus menulis tentang bagimana peran santri dalam penghijauan di Lombok yang diberi judul “Dari Kitab Kuning Menuju Kitab Hijau’’. Berkat keteladanan, ketekunan, keuletan, ketabahan, kesabaran, serta keistiqomahan pimpinan pondok mampu mengubah santri dan masyarakat menjadi lebih menghargai lingkungan, dari yang apatis menjadi peduli, dari yang eksploratif menjadi bertanggung jawab, yang menginginkan hasil instan menjadi visioner.
Pondok pesantren menjadi sumber daya luar biasa yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Pondok pesantren ibarat miniatur Negara dimana Negara memiliki unsur yang sama persis dengan pondok pesantren. Unsur tersebut misalnya wilayah pondok pesantren juga mempunyai wilayah yang disebut kawasan pondok, kemudian rakyat pesantren juga memiliki santri sebagai massanya, dan yang terakhir adalah pemerintahan yang berdaulat pesantren juga memiliki Pimpinan serta struktur organisasi kepengurusan. Dengan adanya sumberdaya pesantren ini maka sebenarnya perannya tidak dapat dipandang sebelah mata, karena dalam sekup regional sampai sekup nasional peran pondok pesantren dan santri cukup banyak andilnya dalam membangun bangsa dari segala bidang.