Strategi Swasembada Pangan dan Tantangan Pertanian di Kabupaten Lombok Barat

Abdul Majid, Anggota DPRD Kabupaten Lombok Barat dan Pembina Komunitas Petani Peternak Milenial Lombok Barat

SEBAR.CO.ID – Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, baru-baru ini mengungkapkan langkah-langkah strategis untuk mencapai swasembada pangan nasional melalui intensifikasi dan ekstensifikasi lahan. Modernisasi pertanian dengan teknologi terbaru seperti combine harvester dan inovasi benih unggul seperti padi biosalin menjadi solusi penting yang diusulkan. Meski kebijakan ini sangat positif, tantangan sektor pertanian di daerah seperti Kabupaten Lombok Barat tetap perlu mendapat perhatian khusus.

Sebagai kabupaten yang sangat bergantung pada sektor pertanian, Lombok Barat menghadapi berbagai persoalan yang harus segera diselesaikan agar strategi swasembada pangan nasional dapat terealisasi dengan optimal di daerah ini. Salah satu masalah utama adalah keberadaan tengkulak yang masih menjadi kendala bagi petani lokal. Tengkulak sering kali membeli hasil panen dengan harga rendah, sehingga keuntungan yang diperoleh petani jauh dari memadai. Tanpa intervensi yang lebih tegas dan terstruktur dari pemerintah, para petani akan terus terjebak dalam siklus ketergantungan ini, dan pada akhirnya upaya swasembada pangan akan sulit tercapai.

Selain itu, distribusi pupuk subsidi yang tidak merata juga menjadi tantangan besar. Banyak petani di Lombok Barat yang mengeluhkan sulitnya mendapatkan pupuk subsidi, terutama pada saat musim tanam tiba. Persoalan ini berakibat pada rendahnya produktivitas dan hasil panen yang tidak optimal. Jika ketersediaan pupuk tidak segera diatasi dengan baik, inovasi teknologi yang diusulkan Kementerian Pertanian mungkin tidak akan memberikan dampak yang signifikan di lapangan. Pemerintah daerah perlu memperbaiki sistem distribusi pupuk subsidi agar lebih adil dan tepat sasaran.

Satu hal yang tidak kalah penting adalah masalah regenerasi petani. Di Lombok Barat, minat generasi muda untuk terjun ke sektor pertanian terus menurun. Banyak anak muda lebih memilih bekerja di sektor lain yang dianggap lebih menguntungkan, seperti pariwisata atau perindustrian. Ini tentu menjadi ancaman bagi kelangsungan sektor pertanian di masa depan. Seperti yang disebutkan oleh Menteri Amran, kaum milenial harus didorong untuk ikut serta dalam revolusi pertanian. Namun, hal ini perlu dilakukan melalui pendekatan yang komprehensif, termasuk memberikan pelatihan, akses permodalan, dan dukungan teknologi yang lebih mudah diakses oleh mereka.

Selain ketiga masalah tersebut, tantangan lainnya adalah ketidakpastian harga hasil panen yang fluktuatif. Tanpa adanya jaminan harga yang stabil, petani akan terus menghadapi risiko kerugian besar. Dukungan dari pemerintah untuk membentuk mekanisme harga yang lebih adil dan sistem pemasaran yang efisien sangat diperlukan agar petani di Lombok Barat dapat memperoleh keuntungan yang layak dari kerja keras mereka.

Dalam rangka mendukung upaya Kementerian Pertanian untuk mencapai swasembada pangan, Lombok Barat perlu segera mengatasi masalah-masalah yang menghambat produktivitas pertanian. Kerjasama yang kuat antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan para petani adalah kunci utama dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional yang diinginkan. Dukungan yang tepat bagi para petani, terutama dalam hal akses pupuk, teknologi, dan pasar yang adil, akan memastikan bahwa Lombok Barat dapat berkontribusi secara signifikan terhadap swasembada pangan Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *